Apakah tahun 2023 benar-benar Resesi?
Pada bulan Oktober yang lalu menteri ekonomi kita Bu Sri Mulyani telah memperingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa akan terjadi Resesi di tahun 2023 bahkan Pak Jokowi sendiri dalam beberapa kesempatan pernah mengungkapkan tentang tahun kegelapan di masa tahun 2023.
Apakah resensi itu ?
Resesi ekonomi adalah kondisi saat perekonomian negara tengah memburuk. Dikutip dari situs Otoritas Jasa Keuangan, resesi terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengindikasikan bahwa beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China akan mengalami perlambatan ekonomi terdalam, bahkan berpotensi masuk ke jurang resesi 2023. Namun, investor masih bisa mencari potensi cuan dari investasi di sektor dan kelas aset yang tepat menggunakan strategi yang cocok pula.
IMF dalam laporannya (11/10/2022) menyebutkan negara maju yang berpotensi terkena resesi tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi global, sehingga dampaknya akan meluas. Sebagai informasi, secara teori resesi adalah penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Resesi ekonomi dapat memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.
Dampak Resesi 2023
Pada beberapa lapis masyarakat, ancaman resesi mungkin tidak terasa begitu signifikan dampaknya. Meski begitu, bukan berarti resesi jadi sesuatu yang bisa kita abaikan begitu saja.
Berikut ini adalah beberapa dampak resesi 2023 secara umum, yang bisa kamu jadikan gambaran:
1. PHK besar-besaran
Dampak Resesi 2002 3 akan dirasakan oleh para karyawan Hal ini terbukti dengan akan munculnya banyak PHK yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Hal ini pernah terjadi di tahun 2020 tetapi hal itu terjadi karena adanya covid-19.
Piter Abdullah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) mengamini hal ini.
“Dari pengalaman 2020 itu paling terdampak kalangan menengah ke bawah. Ketika perekonomian terkontraksi makan akan banyak perusahaan tertutup sehingga banyak PHK.” Ungkapnya, mengutip laman cnbcindonesia.com, Senin (03/10).
2. Kemiskinan
Dengan adanya PHK hal itu mendorong daya beli masyarakat menurun. dan banyaknya orang yang tidak bekerja maka tingkat kemiskinan akan meningkat. Walaupun demikian menteri Sri Mulyani berjanji akan menjaga makro ekonomi Indonesia.
“Pemerintah akan melanjutkan program perlindungan sosial untuk mendorong tingkat kemiskinan pada tahun 2023 kembali menurun di kisaran 7,5% hingga 8,5%.” Katanya, mengutip laman yang sama.
3. Rupiah melemah
Dampak selanjutnya adalah harga dolar yang terus melejit. Per hari ini, 22 Desember saja, harga dollar mencapai Rp15.575,15
Rizqi Syam, CFP, salah satu perencana keuangan Finansialku mengatakan bahwa salah satu yang jadi faktor penyebab dari naiknya harga dolar adalah bank sentral yang menaikkan suku bunga. (dikutip dari finansialku.com).
Dalam investasi, ada tiga instrumen yang terdampak, yaitu saham, obligasi, dan komoditas.Ketika terjadi resesi, masyarakat cenderung menghindari instrumen yang berbahaya. Alih-alih, mereka berpindah haluan pada instrumen yang terjamin, seperti obligasi, yang dijamin oleh negara. Kemudian, orang-orang juga berbondong-bondong menukarkan uangnya dari mata uang negaranya ke dolar.
Ini kemudian yang membuat demand dolar meningkat. Sebagaimana dengan hukum ekonomi, semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi pula harga dari barang tersebut.
Begitu juga dengan dolar, yang harganya akan terus naik selama permintaan masyarakat masih tinggi.