Kenapa Orang Sukses Selalu Bersyukur? Ini Fakta Mengejutkan dari Sains Gratitude!
Pernahkah kamu merasa hidup ini terlalu berat, seolah-olah tidak ada ruang untuk sekadar menarik napas dan menikmati momen? Mungkin, ini saatnya kita bicara tentang sesuatu yang sederhana tapi sering terabaikan: rasa syukur. Buku The Psychology of Gratitude yang disunting oleh Robert A. Emmons dan Michael E. McCullough mengupas habis kekuatan tersembunyi dari gratitude. Percayalah, buku ini seperti membuka pintu ke dunia baru, di mana rasa syukur bukan lagi sekadar ucapan “Terima kasih,” melainkan kekuatan transformasi hidup.
Gratitude Bukan Sekadar Formalitas
Dari awal buku ini, Emmons dan McCullough langsung menggugah kesadaran kita. Mereka menjelaskan bahwa gratitude adalah emosi yang lebih dalam dari sekadar sopan santun. Rasa syukur adalah pengakuan tulus akan kebaikan yang kita terima, dan pada saat yang sama, pengakuan bahwa kebaikan ini datang dari luar diri kita. Mereka menyebutnya “penghubung yang mempererat hubungan manusia.” Gratitude, kata mereka, adalah bahan bakar yang membuat hidup lebih berarti dan hubungan lebih hangat.
Bayangkan kamu duduk di tepi pantai, memandang matahari terbenam, dan tiba-tiba merasa damai. Itu adalah rasa syukur dalam bentuk paling murni. Bukan sesuatu yang diminta, tapi hadir dengan sendirinya. Buku ini menekankan bahwa rasa syukur seperti itu dapat dilatih, bahkan di tengah kesibukan hidup modern yang sering kali membuat kita lupa.
Kenapa Harus Bersyukur?
Di sini, buku ini mematahkan banyak mitos. Orang sering berpikir bahwa rasa syukur hanya muncul ketika semuanya berjalan baik. Padahal, kata Emmons dan McCullough, justru dalam kesulitanlah rasa syukur memainkan perannya yang paling kuat. Mereka membuktikan melalui penelitian bahwa orang-orang yang mempraktikkan gratitude secara konsisten memiliki kesehatan mental yang lebih baik, hubungan sosial yang lebih kuat, dan bahkan daya tahan tubuh yang lebih tinggi. Menarik, bukan?
Misalnya, ada kisah nyata tentang pasien kanker yang tetap bersyukur atas dukungan keluarganya. Gratitude bukan mengubah situasi, tapi mengubah cara kita merespons situasi tersebut. Ini seperti memiliki kacamata baru yang membuat semua hal terlihat lebih cerah.
Gratitude dan Evolusi
Buku ini juga menggali aspek evolusi rasa syukur. Ternyata, secara biologis, manusia memang dirancang untuk bersyukur. Dalam masyarakat purba, gratitude membantu membangun kepercayaan dan kerja sama. Misalnya, ketika seseorang berbagi makanan, rasa syukur memastikan bahwa kebaikan itu akan kembali di masa depan. Jadi, gratitude bukan hanya kebajikan, tapi juga strategi bertahan hidup.
Namun, di era modern, di mana segalanya serba instan, kita sering kehilangan kemampuan ini. Kita lebih fokus pada apa yang belum kita miliki daripada menghargai apa yang sudah ada. Buku ini mengingatkan kita untuk kembali ke akar kita sebagai manusia yang hidup dalam harmoni dengan orang lain.
Latihan Gratitude Itu Mudah
Apa kamu berpikir latihan rasa syukur itu sulit? Tidak sama sekali. Emmons dan McCullough memberikan langkah-langkah sederhana yang bisa kamu coba. Salah satunya adalah membuat jurnal syukur, di mana setiap hari kamu menuliskan tiga hal yang kamu syukuri. Tidak perlu hal besar – secangkir kopi di pagi hari, senyum seseorang, atau udara segar pun sudah cukup. Latihan ini, menurut mereka, bisa mengubah hidup dalam hitungan minggu.
Gratitude Itu Universal
Buku ini juga menarik karena menjelaskan bagaimana gratitude hadir di berbagai budaya dan agama. Dalam tradisi Kristen, Islam, Hindu, dan Buddha, rasa syukur adalah inti dari spiritualitas. Bahkan dalam filsafat Yunani kuno, Aristoteles dan Cicero menyebut gratitude sebagai kebajikan tertinggi. Jadi, ketika kita bersyukur, sebenarnya kita terhubung dengan tradisi manusia sepanjang sejarah.
Mengapa Kita Perlu Gratitude Sekarang?
Mungkin kamu bertanya, “Kenapa harus sekarang?” Dunia yang kita tinggali ini penuh dengan tekanan. Kita dituntut untuk selalu lebih, lebih, dan lebih. Tapi, seperti yang dijelaskan di buku ini, rasa syukur membantu kita berhenti sejenak dan melihat bahwa hidup ini sebenarnya sudah cukup. Gratitude adalah pengingat bahwa di tengah semua kekurangan, ada kelimpahan yang menunggu untuk disadari.
Ajakannya Jelas: Bersyukurlah dan Hidupmu Akan Berubah
Buku ini bukan hanya teori. Ini adalah ajakan untuk bertindak. Emmons dan McCullough memberikan bukti ilmiah, contoh nyata, dan panduan praktis tentang bagaimana rasa syukur bisa menjadi kekuatan yang mengubah hidup. Mereka tidak menggurui, tapi berbicara seperti teman yang peduli, yang ingin kamu hidup lebih bahagia.
Menghubungkan dengan Gratitude Self Talk
Dan sekarang, izinkan saya berbagi sesuatu yang tidak kalah menarik. Jika buku ini telah menggugah rasa ingin tahumu tentang kekuatan gratitude, bayangkan jika kamu bisa mempraktikkannya secara langsung dalam hidupmu. Inilah yang ditawarkan oleh Gratitude Self Talk, sebuah e-course yang dirancang oleh Coach Dwiarko Susanto.
E-course ini akan membantumu melatih gratitude secara mendalam, mulai dari memahami konsep dasar hingga membangun kebiasaan yang mengakar. Dengan latihan-latihan sederhana namun berdampak besar, kamu akan melihat bagaimana rasa syukur bisa mengubah cara pandang, kebiasaan, bahkan arah hidupmu. Jadi, tunggu apa lagi? Jangan lewatkan kesempatan ini. Hidup berlimpah sudah menantimu – dan semuanya dimulai dengan satu langkah kecil: rasa syukur.
Catatan: Artikel ini adalah ringkasan dari buku The Psychology of Gratitude dan sekaligus undangan untuk memulai perjalanan transformasi hidupmu melalui Gratitude Self Talk.
keren