Kenapa Kita Mudah Mengeluh? 9 Pendapat Ahli yang Bikin Kita Mikir Ulang
Beberapa waktu lalu, ada seorang klien yang curhat ke saya, “Coach, kenapa ya saya tuh gampang banget mengeluh? Rasanya selalu ada aja yang kurang. Udah coba bersyukur, tapi tetep aja ada hal yang bikin sebel.” Saya senyum, karena pertanyaan ini bukan pertama kali saya dengar. Jujur aja, kita semua pasti pernah ada di fase itu. Tapi kenapa ya mengeluh itu kayak refleks otomatis?
Saya jadi kepikiran buat cari tahu lebih dalam, dan ternyata ada banyak penelitian yang menjelaskan kenapa kita lebih gampang melihat hal negatif dibanding yang positif. Nah, saya mau berbagi 9 pendapat ahli yang bisa bikin kita lebih paham kenapa otak kita suka banget ngeluh.
📌 1. Otak Kita Lebih Responsif ke Hal Negatif
Dr. Rick Hanson, seorang neuropsikolog, menjelaskan bahwa otak manusia punya negativity bias. Ini berarti kita lebih peka terhadap pengalaman buruk dibanding yang baik. Kenapa? Karena dari zaman purba, manusia harus lebih fokus pada ancaman supaya bisa bertahan hidup. Nah, walaupun sekarang kita nggak perlu lari dari harimau, otak kita masih pakai sistem lama ini—makanya kita lebih cepat melihat kekurangan daripada kelebihan.
📌 2. Kebiasaan Mengeluh Itu Menular
Menurut penelitian dari Dr. Trevor Blake, seorang neuroscientist, mendengar keluhan secara terus-menerus bisa mengubah struktur otak kita. Dalam bukunya, Three Simple Steps, dia menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain mengeluh bisa membuat kita ikut-ikutan berpikir negatif. Jadi, kalau kita sering berada di lingkungan yang suka mengeluh, tanpa sadar kita pun terbawa arus yang sama.
📌 3. Media Sosial Memperparahnya
Dr. Jean Twenge, penulis iGen, menemukan bahwa generasi sekarang lebih sering mengeluh karena media sosial memperkuat perasaan “kurang”. Kita melihat hidup orang lain yang terlihat sempurna dan tanpa sadar membandingkan dengan hidup sendiri. Akibatnya? Kita merasa kurang sukses, kurang bahagia, kurang segalanya—dan akhirnya lebih sering mengeluh.
📌 4. Fokus ke Masalah, Bukan ke Solusi
Menurut Dr. Carol Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, pola pikir kita sangat mempengaruhi cara kita menghadapi hidup. Orang dengan fixed mindset cenderung melihat masalah sebagai penghalang dan gampang mengeluh. Sebaliknya, mereka yang punya growth mindset lebih fokus mencari solusi. Jadi, kalau kita sering mengeluh, bisa jadi kita terlalu fokus ke masalah tanpa melihat peluang perbaikannya.
📌 5. Mengeluh Bisa Jadi Bentuk ‘Pelarian’
Dr. Guy Winch, seorang psikolog dan penulis Emotional First Aid, mengatakan bahwa mengeluh sering kali menjadi cara kita untuk melepaskan stres atau meminta perhatian tanpa harus mencari solusi. Masalahnya, kalau kebiasaan ini terus dilakukan, kita jadi terbiasa merasa seperti korban keadaan dan lupa bahwa kita sebenarnya punya kendali atas hidup kita sendiri.
📌 6. Kurangnya Kesadaran Diri
Menurut Dr. Daniel Goleman, penulis Emotional Intelligence, banyak orang mengeluh tanpa sadar. Mereka menganggap itu hanya ‘ngomong biasa’ padahal sebenarnya sedang melatih otaknya untuk selalu fokus ke hal negatif. Makanya, semakin kita sadar terhadap cara berpikir kita sendiri, semakin mudah kita mengurangi kebiasaan mengeluh.
📌 7. Pola Asuh Berpengaruh Besar
Dr. Martin Seligman, psikolog positif dari University of Pennsylvania, menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan penuh kritik cenderung lebih sering mengeluh saat dewasa. Kenapa? Karena mereka terbiasa melihat kekurangan lebih dulu daripada kelebihan. Jika kita merasa mudah mengeluh, mungkin kita perlu melihat kembali bagaimana cara kita dibesarkan.
📌 8. Hormon Stres Memperkuat Kebiasaan Mengeluh
Dr. Robert Sapolsky, ahli neuroendokrinologi dari Stanford, menemukan bahwa ketika kita stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang membuat kita lebih mudah marah, cemas, dan tentu saja… mengeluh! Makanya, kalau kita sering stres, tanpa sadar kita juga jadi lebih gampang melihat hal negatif.
📌 9. Kurangnya Latihan Bersyukur
Dr. Robert Emmons, salah satu peneliti terkemuka tentang rasa syukur, menemukan bahwa orang yang rutin melatih gratitude punya tingkat stres yang lebih rendah dan lebih jarang mengeluh. Kenapa? Karena otak mereka terlatih untuk fokus pada apa yang ada, bukan apa yang kurang.
Jadi, kalau kamu sering merasa gampang mengeluh, jangan buru-buru nyalahin diri sendiri. Ini bukan sekadar kebiasaan buruk, tapi ada mekanisme otak dan lingkungan yang memang mendorong kita ke arah itu.
Tapi kabar baiknya, semua ini bisa diubah. Dengan latihan, kita bisa mulai mengganti keluhan dengan kesadaran, mengganti pikiran negatif dengan pertanyaan, “Apa yang bisa aku syukuri dari situasi ini?”
Dan kalau kamu mau coba latihan yang lebih terstruktur, Gratitude Self Talk bisa jadi jawabannya. Ini bukan sekadar afirmasi, tapi cara melatih otak untuk fokus pada kelimpahan, bukan kekurangan. Siap mengurangi keluhan dan mengubah cara berpikir? Yuk, kita mulai! 💛✨